Jumat, 29 Agustus 2014

KADO TERINDAH

Maaf jelek, amatiran karena ini cerpen pertama saya. Mohon kritik dan saran
awas Typo(s) bertebaan
no copas
no edit
RCL

Cast
-alvi tanubrata
-rangga moela
-bisma karisma
-ilham fauzi
-reza anugrah
DLL


Rembulan telah berganti sang surya. Burung-burung berkicau sangat merdu bgai alunan music yang menelusup ke gendang telinga. Agar para insan terjaga dari tidur nyenyaknya
          Tampak seorang gadis yang masih terlalap dalam tidurnya, tak sedikitpun tanda-tanda dari gadis ini untuk segera terjaga dari mimpi indahnya. “alvi, … bangun” suara teriakan yang tiba-tiba saja bergeming menusuk gendang telingan alvi. what? Alvi?  Ya, gadis yang sedang terlelap ini bernama alvi, tepatnya alvi Tanubrata, gadis yang mempunyai lesung pipit ini merupakan salah satu siswi di SMA Bakti Nusa, yayasan milik keluarga besar tanubrata. ia adalah adik kandung dari rafaell Tanubrata artis papan atas yang saat ini sedang mempelajari tentang perusahaan Brata Groups. Namun dibalik wajahnya yang sangat cantik, ia termasu golongan gadis cuek dan dingin. Mengapa? Entahlah…

******
          Alvi membuka matanya perlahan dan sedikit mengucek kelopak mata secara bergantian “sudah jam berapa ini?” suara khas alvi jika bangun tidur mulai terdengar. Ia melirik jam beker yang ada disampingnya, tangannya terangkat dan mulai mengambil jam beker itu, lalu dilihatnya lebih dekat. Dan. . . . tiba-tiba, alvi melempar jam itu sembarang lalu bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas memasuki kamar mandi.
          “alvi kemana raf, kok ga kelihatan” rafaell yang sedang melahap roti bakarnya langsung menghentikan aktivitasnya “paling juga masih dikamarnya, biasa dia kan kebo” ibunda alvi yang mendengar penuturan dari anak sulungnya itu, hanya menggelangkan kepalanya dan tersenyum samar. Memang, mereka berdua jika berdeketan seperti ini selalu bertengkar, namun jika mereka sedang berjauhan pasti mereka saling rindu.
          “pagi, semua… orang kece mau lewat”suara cempreng yang dimiliki alvi mulai menusuk gendang telinga. Alvi berteriak sembari menuruni anak tangga, dan menghamiri ayah, ibu juga Rafael yang sedang menyantap sarapan paginya di meja makan. “dek, itu suara bisa di kecilin dikit gak? Budek nih kuping, tapi tumben kamu gak cuek kaya kemaren”selidik rafaell, ia selalu protes jika adik manisnya ini berteriak. Ia beranggapan jika adik nya berteriak mungkin dunia akana kiamat. “aku biasa aja kox, lagi seneng aja, kan udah kelas 3 SMA” nada suaranya mulai menjadi dingin, jujur sih, dia hanya cuek dan dingin bila di luar keluarganya, bila ia sudah berada di dalam keluarga dia menjelma bak orang gila yang tak mau masuk rumah sakit.

          “dasar aneh”guman pria bermata sipit ini. Ia paham betul dengan sifat adik kesayangannya, dirinya juga mengetahui jika alvi di luar sana sangatlah angkuh dan dingin. “kak, anterin aku sekolah ya”alvi yang sudah duduk tepat di depan kakaknya kini sedang membujuk rafaell agar mengantarkan dirinya berngkat sekolah. Rafaell mengangkat kepalanya dan menatap alvi heran, tak biasanya gadis berlesung pipit ini meminta dirinya mengantar sekolah “tumben minta dianter? Biasanya berangkat sendiri”Tanya rafaell, ia kepo mengapa adiknya berubah drastic “please lah, aku gak mau pake mobil sendiri, lagi penengen dianter kak Rafael yang pallliiinnngg gnteng”alvi tetap saja membujuk rafaell agar meneantrkannya pagi ini, ia tak sagan menggoda kakanya yang sedang melahap sarapannya, hingga rafaell tersedak “uhuk..uhuk… baiklah”ucap rafaell pasrah, ia tak ingin terus-menerus melihat adiknya merayunya. “asyik….. waktunya sarapan ” teriaknya lagi, hingga membuat seluruh anggota keluarganya menggeleng dan tersenyum

******
“alvi mana sih, dari tadi belum datang, kan bentar lagi rapat. Mau cari gara-gara nih sama kesis” guman gadis berkulit putih dan bermata biru ini. Sejak pagi dirinya tadi menunggu kedatangan alvi, ia juga sudah mengabari alvi jika pagi ini ada rapat untuk mempersiapka HUT RI ke-69.

 “hai ris, kok gelisah amat, nungguin akang ya” tanya lelaki bertubuh cungkring. Ris? Yap, gadis yang dipanggil ris ini bernama Mariska, ia sahabat  Alvi, etahlah… dibayar berapa dirinya hingga mau menjadi sahabat seoranga gadis yang cuek dan dingin. “eh, bisma. Loe ngagetin aja. Gue lgi nunggu alvi nih, dia belum datag juga, padahal bentar lagi rapat dimulai” jawab mariska. “loe nungguin si cuek itu?”timpal pemuda bertubuh gempal yang tak lain adalah ilham, sahabat bisma. Gadis cantik ini hanya mengangguk dan kembali melihat layar handphone nya, berharap alvi membalas pesan singkatnya. “dari pada telat, mending kita ke ruang osis dulu aja, biar si alvi nyusul” saran bisma, yang masih setia menunggu mariska. memang, bisma menyimpan rasa kepada mariska sejak kelas 10 dulu, namun sampai kini dirinya tak kunjung mengunkapkannya. “ya udah deh” mariska pasrah, selalu saja alvi telat dalam rapat osis.

*******
          “kanapa loe telat datang, padahalkan udah gue kasih tau sebelumnya kalo pagi ini ada rapat osis” bentak pemuda berkulit putih yang sedang memarahi alvi, siapa lagi kalau bukan Rangga Moela. Ketua osis yang terkenal tanpan dan pintar, nmun di balik itu, dirinya sama seperti alvi. Sama-sama cuek dan dingin, bahkan ada yang bilang dirinya dengan alvi sangatlah cocok. Alvi yang sedang kena semprot rangga malah menoleh ke samping kanan juga kirinya. “loe nanya ke gue?” what? Dari tadi gadis ini tidak menyadari bila rangga sedang memarahinya. Sungguh keterlaluan. “sok berkuasa” ucap alvi dingin, dan langsung melanjutkan langkahnya menuju bangku yang telah di sediakan untuk rapat pagi ini. Gadis itu duduk di sebelah sahabatnya, lalu menatap sinis rangga, yang sedari tadi sudah menatapnya terlebih dahulu.

          Sebenarnya, alvi bisa saja meminta orang tuanya untuk mengeluarkan rangga, namun karena oarng tua rangga adalah sahabat dari ayahnya, semua keinginannya harus ia tutup rapat-rapat. “baiklah, saya mulai rapat pada pagi hari ini, sebelumnya mari kita berdo’a menurut keyakinan dan agama masing-masing, bardo’a mulai” ucap rangga, ia lalu mnundukkan kepalanya dan di susul anggotoga osis lainnya. “selelsai” rangga kembali berucap.
“loe kenapa sih, dari tadi diem mulu” mariska mulai membuka suaranya, ia paham jika tadi alvi butuh waktu untuk menenangkan emosinya setelah berdebat dengan Ketua Osis.  “entahlah”ucap alvi, ia kembali mlanjutnya ativitasnya, yaitu bermain handphone. Ia sangat jenuh berada diruangan terkutuk ini, ingin rasanya loncat dari ketinggian untuk mengakhiri hidupnya.

          “ada usul tambahan, untuk memperingati hari kemerdekaan besok? ” Tanya wakil ketua osis kepada anggota-anggotanya. Tak lama kemudian “pesta” guman alvi tak sadar. Sepertinya ia sedang melamun, entahlah apa yang sedang melanda pikirannya. “hah?? Pesta?” rangga sontak menoleh kearah alvi dan mariska. Mariska mengulang perkataan alvi, dirinya tak menyadari jika suaranya membuat seisi ruangan ini menatapnya heran “pesta memperingati hari kemerdekaan maksud loe?” bisma membenarkan ucapan mariska yang tergolong aneh, mariska hanya menggelangkan keplanya dan munjuk alvi. Alvi yang sudah sadar dari lamunanny itu langsung menolehkan kepalanya untuk melihat mariska. “apaan sih loe, nujuk-nunjuk gue?” alvi menautkn kedua alisnya, ia berfikir sejenak. Dan…. “iya pesta” alvi tetap dengan sifatnya yang dingin dan cuek. “gue pengen malem 17-an,  sekolah kita ngedain pesta kecil-kecilan.” Alvi yang tumben sekali mengajukan usulan, dan tak lupa ia juga mengatakannya dengan lantang “baiklah, nanti malam kita adakan pesta” timpal ketua osis yang lansung menyetujuinya.
           
Aku tak tau perasaan apa ini, ingin rasanya aku mangeluarkan isi hatiku padanya…. Sudah tiga tahun aku memendamnya. Mungkin nanti :)  

Terlihat seorang pemuda tampan yang sedang menulis sesuatu di buku kesayangannya. Pemuda bertubuh gempal dan berkulit putih ini terlihat berbeda, pasalnya dirinya terlihat berwibawa dan dingin di sekolah. Namun nyatanya, ia sedang dilanda kegelisahan. “Rangga, ayo turun. Sejak pulang sekolah tadi kamu belum makan.” Ucap wanita paruh baya yang sedang memanggila anaknya untuk makan” yup, pemuda ini adalah Rangga, sang ketua osis. “iya mah” jawab Rangga, jujur ia sangat tak ingin diperlakuakan seperti ini, dimanja oleh kedua orang tuanya. namun apa daya, dirinya menyadari bahwa poposinya dalam keluarga adalah sebagai anak tunggal. Rangga mulai manghampiri ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam bagi ayah nya dan dirinya . Ets.. tapi ada beda dengan penampilannya malam ini. Ia mengenakan kemeja merah dan jeans putih, itu membuat ayah dan ibunya heran. “mau kemana, ngga?” Tanya om rully, ayah rangga. “mau ke sekolah, pah. Malam ini ada pesta memperingati HUT RI yang ke-69” jawab rangga dengan diiringi senyum manisnya yang jarang sekali ia tampakkan di sekolah. “memangnya kamu tidak menghadiri ulang tahun teman mu itu?” rangga menautkan kedu alisnya dan langsung menghentikan acra makan malamnya. “siapa?” ayahnya tersenyum, lalu menjawab “alvi, anaknya om brata, masa kamu lupa. Bukannya kamu satu sekolah juga kan dengannya” rangga membolakan matanya. Ia sangat tak ingat jika esok adalah hari ulang tahun alvi. “rangga pergi dulu ya, asalamu’aikum” pemuda ini langsung berlari kecil untuk mempercepat langkahnya.
          Alvi yang melihat rangga datang dengan keadaaan tidak seperti biasanya, hanya menatapnya heran lalu melajutkan aktivitasnya, yaitu mendekor panggung untuk pesta malam ini. Memang sudah sejak jam 18.00 alvi berada di sekolah. Padahal acara di mulai jam 20.00. Dirinya terlihat sangat senang. Walalupun masih dengan sifatnya, tapi hari ini ia sangat berbeda. “akhirnya, selesai juga,” guman alvi, yang sedang melihat karyanya sendiri. Selesai melihat-lihat hasil karyanya, ia lantas pergi mencari Mariska.

          “tumben udah datang” Tanya Bisma selaku wakil ketua osis, alvi hanya tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya yang tertunda karena Bisma menegurnya tadi. “loe pasti nyari Mariska kan?” pertanyaan bisma cukup membuat alvi kembali terhenti, dari mana bisma tau jika dirinya sedang mencari mariska. Apa bisma mempunyai keahlian khusus? Entahlah. “dia ada di taman” ucap bisma setelah alvi menolehkan kepalanya. “thanks ya bis” bisma menjawabnya dengan anggukan. “tumben dia beda” ucap bisma dalam hati
          “selamat malam semuanya, sesuai kesepakatan kita tadi pagi. Tepat mlam ini kita gelar pesta memperingati HUT RI KE-69. Bagi yang ini menampilkan sesuatu, dimohon naik ke atas panggung” bisma yang mengambil alih rangga, karena sang ketua osis mendadak hilang, pemuda ini mempersilahkan para murid untuk menampilkan bakatnya diatas panggung. Para murid satu persatu mulai menaikai panggung dan menampilkan bakatnya. Walaupun hanya sekedar seru-seruan.

          Semua siswa dan siswi tampak senang, tak ketinggalan sosok alvi yang sangat cuek dan dingin. Malam ini terlihat tertawa lepas karena melihat teman-temannya menampilkan drama komedi. Namun ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Ia melihat sekelilingnya, tapi sosok itu sama sekali tak manampakkan batang hidung. “kemana rangga? Apa dia tak datang? Tapi tadi kan gue liat dia.” ternyata gadis manis ini mencari sosok ketua osis, ia bahkan heran, tumben sekali rangga taka da. Biasanya rangga lah yang selalu mencarimasalah dengannya.
Waktu terus berlalu, tak terasa sudah hamper memasuki penghujung acara. “gue harus berani” ucap rangga menyemangati dirinya sendiri. Ternyata rangga dari tadi berdiam diri d perpus. Ia memikirkan apa yang hrus ia tampilkan di depan orang yang ia sayangi, namun akhirnya satu ide terlintas dipikirannya. Pemuda ini langsung keluar ruangan dan menuju lapangan untuk menampilkan bakat yang terpendam dalam dirinya
“ngga, dari mana aja loe? Trs knp loe bawa gitar? Apa jangan-jangan loe mau nyanyi” Tanya pemuda bertubuh gempal yang tak lain adalah ilham. Bukannya di jawab, rangga malah menatp sinis ilham, sehingga membuat pemuda ini memalingkan wajahnya. “tuh anak mau ngapain ya, apa dia mau nyanyi?”guman ilham dalam hati. Ia sangat tak percaya, bila sahabatnya sekaligus sang ketua osis menyanyi. Jangankan menyanyi. Berbicara pun rangga sangat-sangat langka. Apa lagi menyanyi. IMPOSIBEL

“ham, loe liat rangga gak? Apa tu anak ga datang?” ilham  yang merasaha dirinya dipanggila lalu menolehkan kepalanya ke sumber suara. “tuh” ilham menunjuk pemuda berpakaian merah yang sadang membawa gitar menuju panggung. Seketika bisma, pemuda yang bertanya kpda ilham tentang keberadaan sang ketua osis membolakan matanya dan agak sedikit membuka mulutnya “woy, bis. Biasa aja kali” ilham melambai-lambaikan tangannya di depan bisma, sontak pemuda bertubuh cugkring ini tersadar dalam lamunanna. “gue gak nyangka aja kalo si rangga mau nyanyi.” Mata bisma masih tertuju pada pemuda berkulit putih tadi. “mending kesana aja yuk, liat penampilan ketua osis kita” ajak ilham dan langsung menarik lengan bisma
“vi, liat tuh siapa yang mau nyanyi” alvi yang sedang bermain dengan handphone kesayangannya langsung mendongkakkan kepalanya, lalu menatap pemuda yang sedang memperiapkan dirinya untuk menyanyi. “itu kan rangga apa dia mau nyanyi, tumben si pipi bakso nyanyi” gumen alvi dalam hatinya, lantas dirinya hanya tersenyum samar melihat musuh bebuyutannya sedang mempersiapkan diri. “gue kenal loe sejak kecil, tp ga tau kenapa gue slalu benci liat loe. Karena hal yang telah loe perbuat. Namun kali ini tidak, gue seneng liat loe mau nyanyi” lamunan alvi buyar karena tiba-tiba sahabatnya, mariska menggoncangkan tubuh mungilnya “ada apa?” tany alvi pada sahabatnya “tuh liat” gadis bermata biru ini menunjuk ketua osis yang akan segera memberi kata sambuta
“selamat malam, disini saya akan menyanyika sebuah lagu. Lagu yang dulu Pernah saya nyanyikan bersama orang yang saya sayangi, orang yang sangat berarti dalam hidup saya. Dan lagu ini saya persembahkan khusus di hari ulang tahunnya yang bertepatan dengan hari kemerdekaan indonesia” perlahan rangga mulai memetika senar gita dengan lihai. Terlihat gadis yang terkenal cuek dan angkuh ini mengeluarkan cairan bening dari matanya. Slide masa ia kecilpun mulai berputar kembali, gadis ini menyanyikan lagu yang sama dangan rangga. Ia sekan hafal betul lagu yang dinyanyikan oleh sang ketua osis.
Namun  rangga malah turun dari dari panggung, dan mengajak alvi naik keatas panggung dengannya. Gadis ini pun ngngikuti apa yang rangga inginkan. Ia tau jika pemuda berkulit putih ini ingin mengajak dirinya menyanyi bersama, seperti waktu ia dam rangga SMP.

Flasback
“alvi, sebelum aku pergi. Kita nyanyi dulu yuk” ajak remaja berkulit putih ini “hiks…hiks….hiks… ga mau” tampak seorang gadis kecing yang manis sedang mengangis “ayolah alvi, nanti nyesel loh. Udah jangan nangis” bujuk pemuda berkulit putih tadi yang bernama rangga “aku janji, aku ga bakalan lupain kamu, aku juga janji bakalan bawaiin gitar yang kamu pengen” sesaat kemudian tangisan gadis ini yang bernama mulai meredup dan mencerna apa yang rangga katakan. Lalu ia mengusap air matanya yang sudah mengalir melewati pipi chubynya. “janji ya ngga J” ucap alvi untuk meyakinkan janji rangga “iya aku janji” alvi dan rangga tersenyum, lalu pemuda ini duduk disamping alvi dan mereka mulai melantunkan bait demi bait lagu yang mereka sukai
Flashback off
Para siswa dan sisei pun terlena, mereka merasa aneh dengan sifat alvi dan rangga. Biasanya mereka berdua setiap beratatap muka atau berpapasan selalu membuat masalah, nmun kini tidak. Mereka berlagai bagaikan seorang kekasaih yang melepas kerinduannya sungguh aneh, namun inilah yang terjadi.
“maafin aku, udh ingkar janji. Aku salah, kamu boleh hokum semau kamu asal jangan pergi dari hidupku” ucap rangga lantas ia lalu, menggenggam tangan alvi dan mendekatkan wajahnya dengan gadis berlesung pipit ini. Namun alvi tak membalas ucapan rangga, dirinya hanya memalingkan wajahnya untuk tidak menatap mata indah pemuda yang ada di hadapannya. “apa kamu marah karena pesananmu tidak ku sampaikan?” Tanya rangga dengan nada lirih, ia takut jika para murid di SMA nya mendengar ucapan-demi-ucapannya. Ya, kejadian ini berlangsung di atas panggung, dan membuat para penonton takjub melihatnya “jangan buatku merasa lebih salah karena telah melukai oarng yang aku cintai” mendengan perkataan rangga, alvi lansung menatap manik mata pemuda berkulit putih ini. Dirinya seakan mencari kebenaran di balik mata indah rangga. Ternyata benar, hanya dengan melihat manik mata pemuda di hadapannya dirinya paham betul jika apa yang rangga katakana benar “aku hanya kecewa, tapi aku senang karena kamu sudahh mengatakan yang sebenarnya. Aku juga mencintaimu, I love u Mr.Specta. bukannya menjwab, rangga malah memeluk erat gadis ini seakan tak ingin ada yang memisahkannya “I love u to Mrs.Specta”
Semanjak saat itu, rangga dan alvi semakin detak. Bahkan mereka di kabarkan menjalin suatu hubungan. Walalupun begitu, alvi sangat senang karena telah menemuka kembali sosok rangga yang ia kenal begitupun sebaliknya. Dan ini merupakan Kado Terindah yang ia dapatkan, yaitu cinta tulus dari orang yang ia cintai

END …
Akhirnya selesai juga, sebenrnya mau di buat cerbung… tapi aku masih bingung alurnya.