Maaf jelek, amatiran karena ini cerpen pertama saya. Mohon kritik dan saran
awas Typo(s) bertebaan
no copas
no edit
RCL
Cast
-alvi tanubrata
-rangga moela
-bisma karisma
-ilham fauzi
-reza anugrah
DLL
Rembulan
telah berganti sang surya. Burung-burung berkicau sangat merdu bgai
alunan music yang menelusup ke gendang telinga. Agar para insan terjaga
dari tidur nyenyaknya
Tampak seorang gadis yang masih
terlalap dalam tidurnya, tak sedikitpun tanda-tanda dari gadis ini untuk
segera terjaga dari mimpi indahnya. “alvi, … bangun” suara teriakan
yang tiba-tiba saja bergeming menusuk gendang telingan alvi. what?
Alvi? Ya, gadis yang sedang terlelap ini bernama alvi, tepatnya alvi
Tanubrata, gadis yang mempunyai lesung pipit ini merupakan salah satu
siswi di SMA Bakti Nusa, yayasan milik keluarga besar tanubrata. ia
adalah adik kandung dari rafaell Tanubrata artis papan atas yang saat
ini sedang mempelajari tentang perusahaan Brata Groups. Namun dibalik
wajahnya yang sangat cantik, ia termasu golongan gadis cuek dan dingin.
Mengapa? Entahlah…
******
Alvi membuka
matanya perlahan dan sedikit mengucek kelopak mata secara bergantian
“sudah jam berapa ini?” suara khas alvi jika bangun tidur mulai
terdengar. Ia melirik jam beker yang ada disampingnya, tangannya
terangkat dan mulai mengambil jam beker itu, lalu dilihatnya lebih
dekat. Dan. . . . tiba-tiba, alvi melempar jam itu sembarang lalu
bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas memasuki kamar mandi.
“alvi kemana raf, kok ga kelihatan” rafaell yang sedang melahap roti
bakarnya langsung menghentikan aktivitasnya “paling juga masih
dikamarnya, biasa dia kan kebo” ibunda alvi yang mendengar penuturan
dari anak sulungnya itu, hanya menggelangkan kepalanya dan tersenyum
samar. Memang, mereka berdua jika berdeketan seperti ini selalu
bertengkar, namun jika mereka sedang berjauhan pasti mereka saling
rindu.
“pagi, semua… orang kece mau lewat”suara cempreng
yang dimiliki alvi mulai menusuk gendang telinga. Alvi berteriak
sembari menuruni anak tangga, dan menghamiri ayah, ibu juga Rafael yang
sedang menyantap sarapan paginya di meja makan. “dek, itu suara bisa di
kecilin dikit gak? Budek nih kuping, tapi tumben kamu gak cuek kaya
kemaren”selidik rafaell, ia selalu protes jika adik manisnya ini
berteriak. Ia beranggapan jika adik nya berteriak mungkin dunia akana
kiamat. “aku biasa aja kox, lagi seneng aja, kan udah kelas 3 SMA” nada
suaranya mulai menjadi dingin, jujur sih, dia hanya cuek dan dingin bila
di luar keluarganya, bila ia sudah berada di dalam keluarga dia
menjelma bak orang gila yang tak mau masuk rumah sakit.
“dasar aneh”guman pria bermata sipit ini. Ia paham betul dengan sifat
adik kesayangannya, dirinya juga mengetahui jika alvi di luar sana
sangatlah angkuh dan dingin. “kak, anterin aku sekolah ya”alvi yang
sudah duduk tepat di depan kakaknya kini sedang membujuk rafaell agar
mengantarkan dirinya berngkat sekolah. Rafaell mengangkat kepalanya dan
menatap alvi heran, tak biasanya gadis berlesung pipit ini meminta
dirinya mengantar sekolah “tumben minta dianter? Biasanya berangkat
sendiri”Tanya rafaell, ia kepo mengapa adiknya berubah drastic “please
lah, aku gak mau pake mobil sendiri, lagi penengen dianter kak Rafael
yang pallliiinnngg gnteng”alvi tetap saja membujuk rafaell agar
meneantrkannya pagi ini, ia tak sagan menggoda kakanya yang sedang
melahap sarapannya, hingga rafaell tersedak “uhuk..uhuk… baiklah”ucap
rafaell pasrah, ia tak ingin terus-menerus melihat adiknya merayunya.
“asyik….. waktunya sarapan ” teriaknya lagi, hingga membuat seluruh
anggota keluarganya menggeleng dan tersenyum
******
“alvi
mana sih, dari tadi belum datang, kan bentar lagi rapat. Mau cari
gara-gara nih sama kesis” guman gadis berkulit putih dan bermata biru
ini. Sejak pagi dirinya tadi menunggu kedatangan alvi, ia juga sudah
mengabari alvi jika pagi ini ada rapat untuk mempersiapka HUT RI ke-69.
“hai
ris, kok gelisah amat, nungguin akang ya” tanya lelaki bertubuh
cungkring. Ris? Yap, gadis yang dipanggil ris ini bernama Mariska, ia
sahabat Alvi, etahlah… dibayar berapa dirinya hingga mau menjadi
sahabat seoranga gadis yang cuek dan dingin. “eh, bisma. Loe ngagetin
aja. Gue lgi nunggu alvi nih, dia belum datag juga, padahal bentar lagi
rapat dimulai” jawab mariska. “loe nungguin si cuek itu?”timpal pemuda
bertubuh gempal yang tak lain adalah ilham, sahabat bisma. Gadis cantik
ini hanya mengangguk dan kembali melihat layar handphone nya, berharap
alvi membalas pesan singkatnya. “dari pada telat, mending kita ke ruang
osis dulu aja, biar si alvi nyusul” saran bisma, yang masih setia
menunggu mariska. memang, bisma menyimpan rasa kepada mariska sejak
kelas 10 dulu, namun sampai kini dirinya tak kunjung mengunkapkannya.
“ya udah deh” mariska pasrah, selalu saja alvi telat dalam rapat osis.
*******
“kanapa loe telat datang, padahalkan udah gue kasih tau sebelumnya kalo
pagi ini ada rapat osis” bentak pemuda berkulit putih yang sedang
memarahi alvi, siapa lagi kalau bukan Rangga Moela. Ketua osis yang
terkenal tanpan dan pintar, nmun di balik itu, dirinya sama seperti
alvi. Sama-sama cuek dan dingin, bahkan ada yang bilang dirinya dengan
alvi sangatlah cocok. Alvi yang sedang kena semprot rangga malah menoleh
ke samping kanan juga kirinya. “loe nanya ke gue?” what? Dari tadi
gadis ini tidak menyadari bila rangga sedang memarahinya. Sungguh
keterlaluan. “sok berkuasa” ucap alvi dingin, dan langsung melanjutkan
langkahnya menuju bangku yang telah di sediakan untuk rapat pagi ini.
Gadis itu duduk di sebelah sahabatnya, lalu menatap sinis rangga, yang
sedari tadi sudah menatapnya terlebih dahulu.
Sebenarnya, alvi bisa saja meminta orang tuanya untuk mengeluarkan
rangga, namun karena oarng tua rangga adalah sahabat dari ayahnya, semua
keinginannya harus ia tutup rapat-rapat. “baiklah, saya mulai rapat
pada pagi hari ini, sebelumnya mari kita berdo’a menurut keyakinan dan
agama masing-masing, bardo’a mulai” ucap rangga, ia lalu mnundukkan
kepalanya dan di susul anggotoga osis lainnya. “selelsai” rangga kembali
berucap.
“loe kenapa sih, dari tadi diem mulu” mariska mulai
membuka suaranya, ia paham jika tadi alvi butuh waktu untuk menenangkan
emosinya setelah berdebat dengan Ketua Osis. “entahlah”ucap alvi, ia
kembali mlanjutnya ativitasnya, yaitu bermain handphone. Ia sangat jenuh
berada diruangan terkutuk ini, ingin rasanya loncat dari ketinggian
untuk mengakhiri hidupnya.
“ada usul tambahan,
untuk memperingati hari kemerdekaan besok? ” Tanya wakil ketua osis
kepada anggota-anggotanya. Tak lama kemudian “pesta” guman alvi tak
sadar. Sepertinya ia sedang melamun, entahlah apa yang sedang melanda
pikirannya. “hah?? Pesta?” rangga sontak menoleh kearah alvi dan
mariska. Mariska mengulang perkataan alvi, dirinya tak menyadari jika
suaranya membuat seisi ruangan ini menatapnya heran “pesta memperingati
hari kemerdekaan maksud loe?” bisma membenarkan ucapan mariska yang
tergolong aneh, mariska hanya menggelangkan keplanya dan munjuk alvi.
Alvi yang sudah sadar dari lamunanny itu langsung menolehkan kepalanya
untuk melihat mariska. “apaan sih loe, nujuk-nunjuk gue?” alvi menautkn
kedua alisnya, ia berfikir sejenak. Dan…. “iya pesta” alvi tetap dengan
sifatnya yang dingin dan cuek. “gue pengen malem 17-an, sekolah kita
ngedain pesta kecil-kecilan.” Alvi yang tumben sekali mengajukan usulan,
dan tak lupa ia juga mengatakannya dengan lantang “baiklah, nanti malam
kita adakan pesta” timpal ketua osis yang lansung menyetujuinya.
Aku
tak tau perasaan apa ini, ingin rasanya aku mangeluarkan isi hatiku
padanya…. Sudah tiga tahun aku memendamnya. Mungkin nanti :)
Terlihat
seorang pemuda tampan yang sedang menulis sesuatu di buku
kesayangannya. Pemuda bertubuh gempal dan berkulit putih ini terlihat
berbeda, pasalnya dirinya terlihat berwibawa dan dingin di sekolah.
Namun nyatanya, ia sedang dilanda kegelisahan. “Rangga, ayo turun. Sejak
pulang sekolah tadi kamu belum makan.” Ucap wanita paruh baya yang
sedang memanggila anaknya untuk makan” yup, pemuda ini adalah Rangga,
sang ketua osis. “iya mah” jawab Rangga, jujur ia sangat tak ingin
diperlakuakan seperti ini, dimanja oleh kedua orang tuanya. namun apa
daya, dirinya menyadari bahwa poposinya dalam keluarga adalah sebagai
anak tunggal. Rangga mulai manghampiri ibunya yang sedang sibuk
menyiapkan makan malam bagi ayah nya dan dirinya . Ets.. tapi ada beda
dengan penampilannya malam ini. Ia mengenakan kemeja merah dan jeans
putih, itu membuat ayah dan ibunya heran. “mau kemana, ngga?” Tanya om
rully, ayah rangga. “mau ke sekolah, pah. Malam ini ada pesta
memperingati HUT RI yang ke-69” jawab rangga dengan diiringi senyum
manisnya yang jarang sekali ia tampakkan di sekolah. “memangnya kamu
tidak menghadiri ulang tahun teman mu itu?” rangga menautkan kedu
alisnya dan langsung menghentikan acra makan malamnya. “siapa?” ayahnya
tersenyum, lalu menjawab “alvi, anaknya om brata, masa kamu lupa.
Bukannya kamu satu sekolah juga kan dengannya” rangga membolakan
matanya. Ia sangat tak ingat jika esok adalah hari ulang tahun alvi.
“rangga pergi dulu ya, asalamu’aikum” pemuda ini langsung berlari kecil
untuk mempercepat langkahnya.
Alvi yang melihat rangga
datang dengan keadaaan tidak seperti biasanya, hanya menatapnya heran
lalu melajutkan aktivitasnya, yaitu mendekor panggung untuk pesta malam
ini. Memang sudah sejak jam 18.00 alvi berada di sekolah. Padahal acara
di mulai jam 20.00. Dirinya terlihat sangat senang. Walalupun masih
dengan sifatnya, tapi hari ini ia sangat berbeda. “akhirnya, selesai
juga,” guman alvi, yang sedang melihat karyanya sendiri. Selesai
melihat-lihat hasil karyanya, ia lantas pergi mencari Mariska.
“tumben udah datang” Tanya Bisma selaku wakil ketua osis, alvi hanya
tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya yang tertunda karena Bisma
menegurnya tadi. “loe pasti nyari Mariska kan?” pertanyaan bisma cukup
membuat alvi kembali terhenti, dari mana bisma tau jika dirinya sedang
mencari mariska. Apa bisma mempunyai keahlian khusus? Entahlah. “dia ada
di taman” ucap bisma setelah alvi menolehkan kepalanya. “thanks ya bis”
bisma menjawabnya dengan anggukan. “tumben dia beda” ucap bisma dalam
hati
“selamat malam semuanya, sesuai kesepakatan kita
tadi pagi. Tepat mlam ini kita gelar pesta memperingati HUT RI KE-69.
Bagi yang ini menampilkan sesuatu, dimohon naik ke atas panggung” bisma
yang mengambil alih rangga, karena sang ketua osis mendadak hilang,
pemuda ini mempersilahkan para murid untuk menampilkan bakatnya diatas
panggung. Para murid satu persatu mulai menaikai panggung dan
menampilkan bakatnya. Walaupun hanya sekedar seru-seruan.
Semua siswa dan siswi tampak senang, tak ketinggalan sosok alvi yang
sangat cuek dan dingin. Malam ini terlihat tertawa lepas karena melihat
teman-temannya menampilkan drama komedi. Namun ada sesuatu yang
mengganjal hatinya. Ia melihat sekelilingnya, tapi sosok itu sama sekali
tak manampakkan batang hidung. “kemana rangga? Apa dia tak datang? Tapi
tadi kan gue liat dia.” ternyata gadis manis ini mencari sosok ketua
osis, ia bahkan heran, tumben sekali rangga taka da. Biasanya rangga lah
yang selalu mencarimasalah dengannya.
Waktu terus berlalu, tak
terasa sudah hamper memasuki penghujung acara. “gue harus berani” ucap
rangga menyemangati dirinya sendiri. Ternyata rangga dari tadi berdiam
diri d perpus. Ia memikirkan apa yang hrus ia tampilkan di depan orang
yang ia sayangi, namun akhirnya satu ide terlintas dipikirannya. Pemuda
ini langsung keluar ruangan dan menuju lapangan untuk menampilkan bakat
yang terpendam dalam dirinya
“ngga, dari mana aja loe? Trs knp loe
bawa gitar? Apa jangan-jangan loe mau nyanyi” Tanya pemuda bertubuh
gempal yang tak lain adalah ilham. Bukannya di jawab, rangga malah
menatp sinis ilham, sehingga membuat pemuda ini memalingkan wajahnya.
“tuh anak mau ngapain ya, apa dia mau nyanyi?”guman ilham dalam hati. Ia
sangat tak percaya, bila sahabatnya sekaligus sang ketua osis menyanyi.
Jangankan menyanyi. Berbicara pun rangga sangat-sangat langka. Apa lagi
menyanyi. IMPOSIBEL
“ham, loe liat rangga gak? Apa tu
anak ga datang?” ilham yang merasaha dirinya dipanggila lalu menolehkan
kepalanya ke sumber suara. “tuh” ilham menunjuk pemuda berpakaian merah
yang sadang membawa gitar menuju panggung. Seketika bisma, pemuda yang
bertanya kpda ilham tentang keberadaan sang ketua osis membolakan
matanya dan agak sedikit membuka mulutnya “woy, bis. Biasa aja kali”
ilham melambai-lambaikan tangannya di depan bisma, sontak pemuda
bertubuh cugkring ini tersadar dalam lamunanna. “gue gak nyangka aja
kalo si rangga mau nyanyi.” Mata bisma masih tertuju pada pemuda
berkulit putih tadi. “mending kesana aja yuk, liat penampilan ketua osis
kita” ajak ilham dan langsung menarik lengan bisma
“vi, liat tuh
siapa yang mau nyanyi” alvi yang sedang bermain dengan handphone
kesayangannya langsung mendongkakkan kepalanya, lalu menatap pemuda yang
sedang memperiapkan dirinya untuk menyanyi. “itu kan rangga apa dia mau
nyanyi, tumben si pipi bakso nyanyi” gumen alvi dalam hatinya, lantas
dirinya hanya tersenyum samar melihat musuh bebuyutannya sedang
mempersiapkan diri. “gue kenal loe sejak kecil, tp ga tau kenapa gue
slalu benci liat loe. Karena hal yang telah loe perbuat. Namun kali ini
tidak, gue seneng liat loe mau nyanyi” lamunan alvi buyar karena
tiba-tiba sahabatnya, mariska menggoncangkan tubuh mungilnya “ada apa?”
tany alvi pada sahabatnya “tuh liat” gadis bermata biru ini menunjuk
ketua osis yang akan segera memberi kata sambuta
“selamat
malam, disini saya akan menyanyika sebuah lagu. Lagu yang dulu Pernah
saya nyanyikan bersama orang yang saya sayangi, orang yang sangat
berarti dalam hidup saya. Dan lagu ini saya persembahkan khusus di hari
ulang tahunnya yang bertepatan dengan hari kemerdekaan indonesia” perlahan
rangga mulai memetika senar gita dengan lihai. Terlihat gadis yang
terkenal cuek dan angkuh ini mengeluarkan cairan bening dari matanya.
Slide masa ia kecilpun mulai berputar kembali, gadis ini menyanyikan
lagu yang sama dangan rangga. Ia sekan hafal betul lagu yang dinyanyikan
oleh sang ketua osis.
Namun rangga malah turun dari dari
panggung, dan mengajak alvi naik keatas panggung dengannya. Gadis ini
pun ngngikuti apa yang rangga inginkan. Ia tau jika pemuda berkulit
putih ini ingin mengajak dirinya menyanyi bersama, seperti waktu ia dam
rangga SMP.
Flasback
“alvi,
sebelum aku pergi. Kita nyanyi dulu yuk” ajak remaja berkulit putih ini
“hiks…hiks….hiks… ga mau” tampak seorang gadis kecing yang manis sedang
mengangis “ayolah alvi, nanti nyesel loh. Udah jangan nangis” bujuk
pemuda berkulit putih tadi yang bernama rangga “aku janji, aku ga
bakalan lupain kamu, aku juga janji bakalan bawaiin gitar yang kamu
pengen” sesaat kemudian tangisan gadis ini yang bernama mulai meredup
dan mencerna apa yang rangga katakan. Lalu ia mengusap air matanya yang
sudah mengalir melewati pipi chubynya. “janji ya ngga J”
ucap alvi untuk meyakinkan janji rangga “iya aku janji” alvi dan rangga
tersenyum, lalu pemuda ini duduk disamping alvi dan mereka mulai
melantunkan bait demi bait lagu yang mereka sukai
Flashback off
Para
siswa dan sisei pun terlena, mereka merasa aneh dengan sifat alvi dan
rangga. Biasanya mereka berdua setiap beratatap muka atau berpapasan
selalu membuat masalah, nmun kini tidak. Mereka berlagai bagaikan
seorang kekasaih yang melepas kerinduannya sungguh aneh, namun inilah
yang terjadi.
“maafin aku, udh ingkar janji. Aku salah, kamu boleh
hokum semau kamu asal jangan pergi dari hidupku” ucap rangga lantas ia
lalu, menggenggam tangan alvi dan mendekatkan wajahnya dengan gadis
berlesung pipit ini. Namun alvi tak membalas ucapan rangga, dirinya
hanya memalingkan wajahnya untuk tidak menatap mata indah pemuda yang
ada di hadapannya. “apa kamu marah karena pesananmu tidak ku sampaikan?”
Tanya rangga dengan nada lirih, ia takut jika para murid di SMA nya
mendengar ucapan-demi-ucapannya. Ya, kejadian ini berlangsung di atas
panggung, dan membuat para penonton takjub melihatnya “jangan buatku
merasa lebih salah karena telah melukai oarng yang aku cintai” mendengan
perkataan rangga, alvi lansung menatap manik mata pemuda berkulit putih
ini. Dirinya seakan mencari kebenaran di balik mata indah rangga.
Ternyata benar, hanya dengan melihat manik mata pemuda di hadapannya
dirinya paham betul jika apa yang rangga katakana benar “aku hanya
kecewa, tapi aku senang karena kamu sudahh mengatakan yang sebenarnya.
Aku juga mencintaimu, I love u Mr.Specta. bukannya menjwab, rangga malah
memeluk erat gadis ini seakan tak ingin ada yang memisahkannya “I love u
to Mrs.Specta”
Semanjak saat itu, rangga dan alvi semakin detak.
Bahkan mereka di kabarkan menjalin suatu hubungan. Walalupun begitu,
alvi sangat senang karena telah menemuka kembali sosok rangga yang ia
kenal begitupun sebaliknya. Dan ini merupakan Kado Terindah yang ia dapatkan, yaitu cinta tulus dari orang yang ia cintai
END …
Akhirnya selesai juga, sebenrnya mau di buat cerbung… tapi aku masih bingung alurnya.